Sepanjang minggu lalu, dunia AI dan teknologi kembali dipenuhi perkembangan menarik. Mulai dari Intel yang menerima investasi besar dari pemerintah AS dan SoftBank, Baidu yang mendorong pertumbuhan bisnis cloud AI dan mengembangkan layanan mobil otonom, Google yang memperluas mode pencarian bertenaga AI ke seluruh dunia, hingga Meta yang menanggapi rumor pembekuan rekrutmen AI. Semua ini menunjukkan arah strategi para raksasa teknologi global sekaligus dinamika baru dalam persaingan AI. Berikut adalah empat berita utama yang kami pilih minggu ini, beserta analisis mendalam.
Intel mengumumkan telah mencapai kesepakatan ekuitas dengan pemerintah AS, yang akan berinvestasi sebesar $8,9 miliar dengan membeli 433,3 juta saham seharga $20,47 per saham. Dari jumlah tersebut, $5,7 miliar berasal dari CHIPS Act dan $3,2 miliar dari Secure Enclave Program.
Pada saat yang sama, SoftBank juga mengumumkan akan membeli saham biasa Intel senilai $2 miliar dengan harga $23 per saham.
Analisis:
Rumor kini menjadi kenyataan. Baik pemerintah AS maupun SoftBank sama-sama menyuntikkan dana ke Intel, yang secara signifikan akan memperkuat arus kas dan kapasitas R&D perusahaan. Perlu dicatat, investasi pemerintah AS berbentuk ekuitas, yang membuat kepentingan pemerintah terikat dengan perusahaan sekaligus memberi hak pengawasan tertentu. Sementara itu, langkah SoftBank lebih menyerupai investasi strategis, sebagai sinyal kepercayaan terhadap bisnis inti dan arah jangka panjang Intel.
Ini bukan sekadar dukungan finansial — melainkan juga bentuk pengakuan pasar terhadap strategi Intel. Pertanyaannya, apakah Intel mampu memanfaatkan suntikan dana ini untuk merebut kembali kepemimpinan dalam chip akselerator AI dan layanan foundry? Jalan kebangkitan Intel masih penuh ketidakpastian.
Pendapatan kuartal kedua Baidu sedikit di bawah ekspektasi pasar. Namun, bisnis berbasis AI untuk pertama kalinya melaporkan pendapatan lebih dari RMB 10 miliar, naik 34% YoY, dengan Baidu AI Cloud tumbuh 27%.
Sementara itu, layanan taksi otonom Baidu “Apollo Go” (萝卜快跑) mencatat lebih dari 2,2 juta perjalanan di Q2, meningkat 148% dibanding tahun lalu. Hingga Agustus, jumlah perjalanan kumulatif telah melampaui 14 juta. Uji coba di Hong Kong juga diperluas ke area komersial dan perumahan yang lebih kompleks.
Analisis:
Di era AI, menemukan mesin pertumbuhan baru di luar pencarian tradisional sangatlah penting. Baidu tampaknya telah menemukan jalannya: memperluas mobil otonom, memperkuat layanan cloud AI, serta meluncurkan model bahasa besar ERNIE Bot. Namun, tantangan sebenarnya adalah bagaimana memonetisasi pada skala besar.
Biaya operasional mobil otonom yang tinggi — termasuk R&D, depresiasi, dan manajemen armada — membuat profitabilitas jangka pendek sulit tercapai. Di tingkat global, persaingan sangat ketat. Waymo dan Cruise telah lama beroperasi di pasar AS, sementara Pony.ai dan WeRide semakin mempercepat langkah di Tiongkok. Tesla FSD juga terus menarik perhatian publik. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan Baidu mempertahankan keunggulan teknologi dan pasar akan menjadi ujian utama dalam beberapa tahun ke depan.
Google mengumumkan bahwa mode pencarian AI (Search Generative Experience, SGE) kini tersedia di 180 negara dan wilayah. Fitur baru “bagikan tautan” juga diperkenalkan, dan Google mengatakan akan menambahkan fungsi agen pintar secara bertahap, seperti reservasi restoran, pemesanan layanan lokal, dan pembelian tiket acara.
Analisis:
Peluncuran global ini menegaskan kepercayaan diri dan ambisi Google dalam pencarian AI. Ekspansi SGE membantu memperkuat dominasinya di pasar pencarian sekaligus mempercepat adopsi global teknologi AI. Fitur berbagi hasil juga meningkatkan pengalaman pengguna dan berpotensi menciptakan efek viral secara sosial.
Namun, lanskap persaingan telah berubah. Di era mobile-first, aplikasi seperti ChatGPT, Grok, dan Perplexity sudah mulai menggantikan pintu masuk pencarian tradisional. Apakah Google sedang memperkuat “moat”-nya, atau sekadar bereaksi terhadap tekanan persaingan? Selain itu, personalisasi membawa isu privasi dan keamanan data, sementara penerapan di ratusan negara berarti harus menghadapi regulasi lokal dan hambatan bahasa. Adapun fungsi agen pintar, meski menjanjikan, teknologi saat ini masih menghadapi masalah akurasi dan kematangan. Apakah langkah ini hanya untuk merebut pangsa pasar, atau bagian penting dari strategi AI jangka panjang Google?
Beberapa laporan menyebutkan bahwa Meta membekukan rekrutmen di divisi AI-nya. Juru bicara Meta, Andy Stone, segera mengklarifikasi di platform X bahwa ini hanya jeda sementara saat perusahaan membangun ulang struktur proyek AI dan melakukan penyesuaian organisasi.
Analisis:
Meta baru-baru ini merekrut lebih dari 50 peneliti dan insinyur AI dari OpenAI dan Google DeepMind dengan gaji tinggi. Namun, meskipun melakukan ekspansi besar-besaran, Meta kini menghentikan perekrutan baru dan membatasi perpindahan internal antar tim AI. Menariknya, langkah ini bertepatan dengan reorganisasi keempat divisi AI Meta.
Hal ini bisa berarti dua hal: di satu sisi, perusahaan mungkin perlu melakukan konsolidasi setelah ekspansi cepat; di sisi lain, Meta mungkin sedang mempersiapkan produk atau inisiatif AI baru. Apakah ini menunjukkan ketidakpastian strategi AI Meta, atau justru sinyal akan adanya gebrakan besar berikutnya? Apa pun jawabannya, hal ini menegaskan bahwa persaingan AI global tetap penuh dengan ketidakpastian.
Minggu ini sekali lagi menunjukkan betapa intensnya persaingan global AI: aliran modal, perubahan strategi, dan terobosan teknologi terus membentuk industri. Apakah Intel bisa bangkit kembali, Baidu bisa melewati hambatan profitabilitas, Google mampu mempertahankan dominasi pencarian, atau Meta tengah menyiapkan gebrakan baru — semua ini adalah pertanyaan besar yang patut ditunggu jawabannya.
Untuk berita AI terkini, wawasan bisnis, dan tren teknologi, terus ikuti 👉 iaiseek.com