Pada 29 Mei 2025, Dario Amodei, CEO perusahaan kecerdasan buatan Anthropic, mengeluarkan peringatan penting: dalam lima tahun ke depan, teknologi kecerdasan buatan (AI) berpotensi menggantikan hingga 50% pekerjaan white-collar tingkat pemula. Pernyataan ini segera menarik perhatian luas dari kalangan industri dan masyarakat. Sebagai jurnalis dari Science and Technology Daily, saya melakukan wawancara ahli dan riset untuk menemukan bahwa dampak AI terhadap pasar tenaga kerja perlahan mulai terlihat, tetapi transformasi ini jauh lebih kompleks daripada sekadar “penggantian”.
Tidak dapat disangkal, pekerjaan yang melibatkan tugas berulang dan aturan yang jelas adalah yang paling rentan. Pekerjaan seperti entri data, pemeriksaan dokumen dasar, dan akuntansi keuangan semakin banyak diotomatisasi oleh AI, yang dapat melakukan tugas ini lebih cepat, lebih akurat, dan 24 jam sehari, meningkatkan efisiensi secara signifikan.
Selain itu, peran layanan pelanggan tingkat pemula banyak diambil alih oleh chatbot cerdas. Pertanyaan sederhana dan pelacakan pesanan kini rutin ditangani oleh sistem layanan pelanggan AI. Selain itu, tugas pemrograman dasar dan masalah dukungan TI sederhana semakin banyak dibantu oleh alat AI.
Posisi-posisi ini biasanya melibatkan proses standar dengan sedikit kebutuhan penilaian kompleks atau kreativitas, menjadikannya kandidat ideal untuk otomatisasi AI.
Namun, tidak semua pekerjaan white-collar mudah digantikan oleh AI. Posisi yang membutuhkan tingkat penilaian tinggi, keterampilan komunikasi kompleks, dan pemikiran inovatif masih sangat bergantung pada keterlibatan manusia dalam jangka pendek.
Pengambilan keputusan strategis tingkat manajemen senior, pekerjaan desain kreatif dan artistik, bidang khusus seperti kesehatan dan hukum, serta pendidikan personalisasi, tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh AI, meskipun AI dapat membantu dalam area tersebut.
Para ahli mencatat, “AI adalah alat, bukan pengganti. Pekerjaan yang benar-benar menciptakan nilai selalu membutuhkan kecerdasan dan keterlibatan emosional manusia.”
Meskipun beberapa pekerjaan menghadapi gangguan, perkembangan AI juga menciptakan banyak peran dan industri baru. Misalnya, insinyur riset AI dan ilmuwan data menjadi profesional yang sangat dibutuhkan. Karier baru seperti manajer produk AI, spesialis etika algoritma, dan petugas privasi data muncul, menunjukkan kemungkinan tak terbatas yang dibawa oleh peningkatan industri.
Industri tradisional juga mengadopsi peluang transformasi melalui AI. Manufaktur mengadopsi pabrik pintar untuk otomatisasi, sektor kesehatan mengintegrasikan diagnostik berbantuan AI, dan sektor keuangan menerapkan sistem pengendalian risiko cerdas. Struktur pekerjaan di seluruh bidang ini sedang diam-diam berubah.
Para ahli merekomendasikan tanggapan berikut terhadap tekanan transformasi karier yang dibawa oleh AI:
Individu harus aktif mempelajari keterampilan baru, terutama kemampuan lintas disiplin yang terkait dengan kolaborasi AI;
Perusahaan perlu menekankan pelatihan karyawan dan penyesuaian peran untuk membangun model kerja “kolaborasi manusia-AI”;
Pemerintah harus mempercepat reformasi pendidikan vokasi dan meningkatkan sistem jaminan sosial untuk mendukung pekerja selama masa transisi.
“Masa depan pekerjaan tidak akan hilang tetapi terus berkembang. Mereka yang cepat beradaptasi akan meraih peluang,” kata seorang ahli sumber daya manusia.
Peringatan dari CEO Anthropic sangat menginspirasi: AI sedang mengubah ekosistem tempat kerja dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. AI membawa tantangan sekaligus menciptakan peluang baru. Kuncinya adalah bagaimana kita menyesuaikan pola pikir dan strategi untuk secara aktif menyambut gelombang teknologi ini.
Science and Technology Daily akan terus memantau dampak mendalam AI terhadap masyarakat dan ekonomi, memberikan laporan langsung dan analisis mendalam untuk membantu publik merespons secara rasional terhadap era transformasi ini.