Dalam 24 jam terakhir, dunia AI kembali diramaikan oleh sejumlah perkembangan penting: bisnis taksi otonom Baidu “Apollo Go” berencana ekspansi ke luar negeri, senator AS mempertanyakan kontradiksi antara aplikasi visa H-1B dan PHK massal, serta Meta yang dikabarkan menjajaki penggunaan model Gemini dari Google untuk meningkatkan presisi iklan. Peristiwa ini mencerminkan dinamika adopsi teknologi, regulasi, dan strategi korporasi.
Baidu berencana memperluas bisnis taksi otonomnya ke pasar baru, termasuk Australia. Perusahaan ini telah mencapai profitabilitas operasional di sejumlah kota di Tiongkok, dan Apollo Go kini tengah berdiskusi dengan pemerintah di Australia serta beberapa wilayah Asia Tenggara untuk menghadirkan robotaxi di jalanan lokal.
Komentar: Awal bulan ini, Apollo Go milik Baidu telah memperoleh izin uji coba kendaraan otonom dari otoritas Dubai. Mencapai profitabilitas di beberapa kota Tiongkok merupakan tonggak penting. Saat banyak perusahaan robotaxi Barat masih membakar dana demi menemukan model bisnis yang berkelanjutan, Baidu mampu memanfaatkan kondisi pasar Tiongkok, dukungan pemerintah, dan akumulasi teknologi untuk menembus titik impas. Namun pertanyaan besarnya: apakah Apollo Go bisa berhasil di Australia, mengingat perbedaan besar dalam regulasi lalu lintas, kondisi jalan, kebiasaan mengemudi, dan bahkan iklim dibandingkan dengan Tiongkok?
Senator AS Dick Durbin dan Chuck Grassley meminta sepuluh perusahaan besar menjelaskan mengapa mereka mengajukan banyak aplikasi visa H-1B sementara pada saat yang sama melakukan PHK di AS. Perusahaan yang disorot termasuk Amazon, Apple, Google, Meta, JPMorgan Chase, Microsoft, Tata Consultancy Services, dan Walmart.
Komentar: Program H-1B memungkinkan 85.000 pekerja asing terampil masuk ke AS setiap tahun, dengan India (71%) dan Tiongkok (11,7%) sebagai penerima utama. Pertanyaan senator menyoroti kekhawatiran publik: jika perusahaan sedang memangkas biaya dan tenaga kerja, mengapa justru mencari pekerja asing? Dari sudut pandang korporasi, aplikasi H-1B sering kali merupakan strategi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan talenta, terutama pada posisi dengan keterampilan langka di pasar domestik. Jika benar-benar untuk mengisi celah tersebut, argumen ini masih dapat dibenarkan.
Meta dilaporkan sedang bernegosiasi dengan Google untuk menggunakan model AI Gemini guna meningkatkan presisi iklan. Rencana ini termasuk melakukan fine-tuning Gemini dengan data iklan Meta agar mampu memproses input multimodal—teks, gambar, hingga perilaku pengguna—sehingga meningkatkan efektivitas iklan di Facebook dan Instagram.
Komentar: Meta telah menginvestasikan puluhan miliar dolar di bidang AI, namun masih tertinggal dari Google dalam hal optimasi iklan dan chatbot. Kebijakan privasi Apple (ATT) semakin memperlemah kemampuan Meta dalam mengumpulkan data pengguna, sehingga presisi iklan menurun drastis. Dalam kondisi ini, mengadopsi Gemini tampak sebagai langkah terpaksa. Hal ini menegaskan ketergantungan Meta pada solusi eksternal ketika AI internal mereka gagal memenuhi kebutuhan—sebuah pengakuan yang cukup ironis bagi raksasa iklan digital.
Untuk lebih banyak update AI terkini, wawasan bisnis, dan tren teknologi, kunjungi:
Situs Resmi IAISeek
Untuk berita besar lain dalam 72 jam terakhir, baca:
25 September 2025 · 24 Jam Dinamika AI: Terobosan Keuangan Kuantum, Tekanan Regulasi Zoox, Alibaba AgentOne, Baidu Qianfan VL
24 September 2025 · 24 Jam Dinamika AI: Cathie Wood Kembali ke Teknologi Tiongkok, Pertumbuhan Chip AI Melambat, Perlombaan 6G Memanas